"Dia Allah Maha Mengetahui Apa Yang Ada di Langit dan apa Yang Ada di Bumi, Dia Allah Mengetahui Apa yang Kamu Nyatakan dan apa yang Kamu sembunyikan dan Dia Allah Mengetahui Apa yang ada di sudut hatimu"

26 Mei 2011

Keutamaan Dzikir Ketika Keluar Rumah

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ: “بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ” قَالَ: « يُقَالُ حِينَئِذٍ: هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ. فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ، فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ: كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ
“Jika seseorang keluar dari rumahnya lalu membaca (zikir): Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi, walaa haula wala quwwata illa billah (Dengan nama Allah, aku berserah diri kepada-Nya, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan-Nya), maka malaikat akan berkata kepadanya: “(sungguh) kamu telah diberi petunjuk (oleh Allah Ta’ala), dicukupkan (dalam segala keperluanmu) dan dijaga (dari semua keburukan)”, sehingga setan-setanpun tidak bisa mendekatinya, dan setan yang lain berkata kepada temannya: Bagaimana (mungkin) kamu bisa (mencelakakan) seorang yang telah diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga (oleh Allah Ta’ala)?”[1].
Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan orang yang mengucapkan zikir ini ketika keluar rumah, dan bahwa ini merupakan sebab dia diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga oleh Allah Ta’ala[2].
Beberapa faidah penting yang dapat kita ambil dari hadits ini:
- Keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini akan diberikan kepada orang yang mengucapkan zikir ini dengan benar-benar merealisasikan konsekwensinya, yaitu berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala[3].
- Syaitan tidak memiliki kemampuan untuk mencelakakan orang-orang yang benar-benar beriman dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala[4], sebagaimana firman-Nya:
{إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ * إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ}
Sesungguhnya syaitan itu tidak memiliki kekuasaan (untuk mencelakakan) orang-orang yang beriman dan bertawakkal (berserah diri) kepada Rabbnya. Sesungguhnya kekuasaan syaitan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah” (QS an-Nahl: 99-100).
- Bertawakal (berserah diri dan bersandar sepenuhnya) kepada Allah Ta’ala merupakan sebab utama untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah dalam semua urusan manusia. Allah Ta’ala berfirman,
{وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ}
Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya” (QS ath-Thalaaq: 3).
Artinya: Barangsiapa yang berserah diri dan bersandar sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dalam semua urusan agama dan dunianya, yaitu dengan bersandar kepada-Nya dalam mengusahakan kebaikan bagi dirinya dan menolak keburukan dari dirinya, serta yakin dengan kemudahan yang akan diberikan-Nya, maka Allah Ta’ala akan memudahkan semua urusannya tersebut[5].
وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
Kota Kendari, 30 Rabi’ul awal 1432 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id

Dibukanya Pintu Keberkahan

Setelah proses rasa ‘sayang’ Allah kepada manusia selesai sehingga setiap individu mampu melahirkan fitrahnya, maka Allah akan menurunkan keberkahanNya. Keberkahan adalah wujud ‘kasih’ Allah yang sifatnya pemberian, berupa kedamaian dan kemakmuran di alam nyata dan di alam fana. Saat manusia masih dikendalikan nafsunya, ‘kasih’ yang diberikan Allah kepada manusia sifatnya adalah hutang sehingga manusia wajib mengembalikannya suatu saat nanti. Sedangkan ‘kasih’ yang sifatnya pemberian tidak dituntut untuk dikembalikan.
Energi yang selama ini kita habiskan untuk  menuruti nafsu bisa tersalurkan dengan benar. Energi kita akan bermanfaat untuk diri kita maupun orang lain. Segala persoalan yang selama ini harus kita selesaikan dengan sepuluh langkah, oelh Allah akan diberikan kemudahan sehingga bisa selesai hanya dengan dua langkah. Kesulitan akan berganti dengan kemudahan.
Manusia yang di dalam dirinya masih terkendali oleh nafsu jangan berharap bisa mewujudkan kedamaian dan kemakmuran. Selama ini nafsu sudah diberi kesempatan untuk menguasai dunia namun yang terjadi justru pertempuran yang tidak ada putusnya, alam rusak dan digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Hak-hak Allah digunakan untuk menyaingi Allah.
Sekarang saatnya nafsu yang ada di dalam diri manusia dipimpin oleh fitrah. Pertempuran besar ini harus dilakukan oleh setiap individu manusia untuk menjadikan masing-masing individu menjadi manusia yang mampu melaksanakan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia secara benar. Perang inilah yang disebut ‘jihad besar’ yaitu perang melawan diri kita sendiri karena nafsu dan fitrah letaknya juga di dalam diri kita.
Setelah kita menang melawan nafsu, kita akan dibimbing oleh fitrah dan Malaikat Muqorrobin untuk mampu mengetahui ilmu kebaikan yang bisa disempurnakan menjadi ilmu kebenaran. Ilmu kebaikan yang tidak bisa disempurnakan menjadi ilmu kebenaran akan dikembalikan kepada Zat Maha Pencipta. Yang berhak mengembalikannya adalah utusan Allah melalui rohani kita yaitu para malaikat.
Setelah setiap individu mampu mengerti dan memahami ilmu kebenaran maka setiap individu akan mampu melaksanakan 'delapan langkah’. Angka delapan merupakan angka yang tidak terputus dan merupakan angka simbol kebenaran. Langkah tersebut adalah:
  1. Bermanfaat buat pribadi
  2. Bermanfaat buat sesama
  3. Secara lahir
  4. Secara batin
  5. Dengan niat hanya karena Allah
  6. Sadar
  7. Tabah
  8. Sabar